Diet Saat Berlibur



Saat sedang berlibur mungkin orang akan mengatakan lupakan sejenak dietmu, nikmati liburan dan makanannya. Akibatnya banyak orang setelah pulang berlibur, berat badannya naik lebih dari sebelum berlibur walaupun liburan hanya dilakukan beberapa hari saja sehingga diet yang kita lakukan selama ini sia-sia. Kejadian seperti itu pernah saya alami sewaktu SMA. Seharusnya yang dilakukan adalah tetap melakukan diet namun bukan secara ketat.Mengapa begitu ??
Berikut 3 tips diet dari saya yang bisa kita lakukan saat berlibur

Pertama, Tetap Aktif
Liburan adalah waktu yang tepat untuk mendapatkan dalam latihan. Hal ini tidak hanya membantu kita merasa lebih baik, itu membuat kita bergerak lebih.

Kedua, Pilihlah Snack yang Sehat
Carilah kesempatan untuk makan lebih banyak buah dan sayuran, sebagai contoh, kita mengunyah apel atau pisang di antara waktu makan dan bukannya memilih makanan ringan yang tidak sehat dan menganggu selera makan siang dan makan malam.

Ketiga, Nikmati Makanan
 Jadi ketika datang untuk liburan, luangkan waktu untuk makan makanan berkualitas dan fokus makanan yang disiapkan. Hal ini bukan tentang makan terlalu banyak tetapi tentang melambatkan makan dan memperhatikan makanan yang dikonsumsi

Berlibur bukan lagi menjadi alasan untuk tidak berdiet. Dengan melakukan 3 tips diet saat berlibur ini maka berat badan akan lebih terkontrol dan liburan pun tetap bisa dinikmati tanpa ada rasa khawatir timbangan badan akan melonjak saat anda kembali dari liburan.

Semoga tips ini bisa membantu teman teman dalam cara mengontrol pola makan dan tentunya tetap menjaga tubuh tetap sehat.

Kegagalan timnas U-19

Pada kesempatan kali ini saya akan mengepost mengenai salah satu artikel yang sempat menjadi tren di kalangan sepak bola Indonesia, Setelah akhir tahun 2013 lalu Timnas muda kita meraih prestasi yang cukup membanggakan, yakni dengan menjuarai piala AFF U19. Tentu itu sempat menyedot antusias kalangan suporter termasuk saya untuk melihat perkembangan kedepannya dari anak anak muda usia ini. Disamping keberhasilan tentu juga ada kegagalan. Ya, kegagalan mencapai target menembus semifinal Piala Asia U20 di Myanmar tentu juga menarik respon banyak kalangan khususnya dimata pengamat sepak bola.


Kegagalan timnas U-19 ini seakan kembali melontarkan pernyataan yang sudah muncul sejak puluhan tahun lalu, apa yang salah dengan sepak bola Indonesia? Semenjak emas terakhir di SEA Games 1991, kegagalan demi kegagalan terus terjadi. Belum ada bukti kegagalan itu dijadikan pelajaran berharga bagi para pengurus sepak bola di negeri ini.

Mengapa pertanggungjawaban harus dialamatkan kepada para pengurus PSSI? Jawabannya tentu karena prestasi dalam dunia olahraga apapun, tidak hanya sepak bola, adalah cerminan kinerja dari para pengurus federasinya. Dengan begitu, bisa jadi, salah satu faktor utama kegagalan itu adalah belum adanya sumber daya pengurus yang mampu membina para pesepak bola di negeri ini dengan niat baik dan benar.

Di Indonesia seringkali muncul pernyataan  seperti ini: "Masa iya, ada lebih dari 200 juta penduduk yang sebagian besar merupakan penggila bola, negeri ini tidak bisa membentuk timnas yang hebat?" Tidak perlu dulu kita bicara soal prestasi, tetapi sudah adakah proses yang benar untuk membentuk timnas yang memadai? Di sinilah muncul titik krusial krisis prestasi yang harus dipertanyakan kepada pengurus sepak bola Indonesia.

Dengan segala bakat melimpah manusia di nusantara, sudah pasti ada potensi besar bagi negara ini untuk berbicara di level dunia. Namun, ketika muncul secercah harapan, mulailah "penyakit lama" para pengurus sepak bola di negeri ini kumat, penyakit yang kerap membuat prestasi para pemain muda dijadikan komoditas politik untuk pamer kesuksesan atau bisa jadi pula mengeruk keuntungan.

Mau bukti? Tidak usah jauh-jauh melihat ulah mereka bertikai saat memperebutkan kekuasaan atau karut-marutnya kompetisi sepak bola Indonesia. Teranyar, tengoklah kondisi yang terjadi ketika timnas U-19 menuai kesuksesan mengangkat trofi Piala AFF 2013 atau kegemilangan permainan mereka saat mengalahkan Korea Selatan 3-2 di penyisihan Piala Asia U-19 2014.

Atas kesuksesan itu, di tengah euforia masyarakat Indonesia yang rindu akan prestasi sepak bola, PSSI mulai bereaksi. Mulai dari Tur Nusantara jilid I dan II hingga rangkaian turnamen-turnamen internasional dipersiapkan untuk dijadikan ajang uji coba. Namun, jika menilik standar persiapan uji coba level usia muda, melaksanakan pertandingan lebih dari 40 kali juga rasanya berlebihan.

Dan tampaknya cuma di Indonesia pula yang seluruh rangkaian laga uji coba para pemain timnas muda itu disiarkan langsung oleh televisi nasional. Padahal, cara seperti itu bisa kembali memunculkan pertanyaan, bukankah langkah tersebut justru menjadi keuntungan bagi calon lawan Indonesia karena mereka mudah mendapat rekaman video permainan Evan Dimas dan kawan-kawan?